Mengatasi Acute Mountain Sickness (AMS) Saat Mendaki Gunung

Mendaki gunung menjadi salah satu kegiatan wisata yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai sarana rekreasi, pendakian gunung juga diketahui dapat meningkatkan kualitas fisik dan mental seseorang. Namun, perlu diingat bahwa terdapat beberapa kondisi kesehatan yang bisa timbul akibat perubahan karakteristik lingkungan di ketinggian, salah satunya adalah Acute Mountain Sickness (AMS) atau Penyakit Gunung Akut.

Apa Itu Acute Mountain Sickness (AMS)?

Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang terjadi akibat reaksi tubuh terhadap berkurangnya kadar oksigen di lingkungan, yang berpengaruh pada sistem saraf pusat dan menimbulkan berbagai keluhan. AMS biasanya terjadi pada pendaki yang mendaki terlalu cepat menuju ketinggian tertentu tanpa memberi tubuh kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut.

Penyebab Acute Mountain Sickness

AMS terjadi ketika seseorang berada pada ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), di mana tekanan udara mulai menurun dan kadar oksigen berkurang drastis. Tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi ini, dan bagi mereka yang tidak terbiasa berada di ketinggian, adaptasi ini bisa memakan waktu lebih lama. Proses adaptasi ini dikenal dengan sebutan aklimatisasi, dan bagi tubuh yang belum terbiasa, AMS bisa terjadi akibat ketidakseimbangan oksigen yang masuk ke dalam tubuh.

Gejala Altitude Sickness

Gejala AMS dapat muncul secara bertahap atau tiba-tiba, dengan tingkat keparahan yang bervariasi, tergantung pada kecepatan pendakian dan ketinggian yang tercapai. Beberapa gejala umum AMS antara lain:

  • Sulit tidur (insomnia)
  • Kelelahan (fatigue)
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Jantung berdebar (palpitasi)
  • Sesak napas

Gejala-gejala ini biasanya muncul ketika seseorang mendaki ke ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Seiring dengan peningkatan ketinggian, risiko AMS juga semakin besar.

Pengobatan Acute Mountain Sickness

Pengobatan untuk AMS biasanya bergantung pada tingkat keparahan gejala. Pada sebagian besar kasus, gejala AMS dapat mereda dengan cepat setelah turun ke ketinggian sekitar 300-600 meter lebih rendah dari ketinggian semula. Gejala tersebut biasanya hilang dalam waktu 3 hari setelah penurunan ketinggian.

Namun, pada kasus yang lebih parah, seperti High Altitude Cerebral Edema (HACE) atau High Altitude Pulmonary Edema (HAPE), penurunan ketinggian yang cepat adalah langkah pertama yang harus diambil. Kedua kondisi ini merupakan komplikasi serius dari AMS dan dapat mengancam jiwa.

Beberapa pengobatan yang dapat diberikan untuk meredakan gejala AMS meliputi:

  • Acetazolamide: Obat yang digunakan untuk mengatasi sesak napas dan membantu mempercepat proses aklimatisasi.
  • Dexamethasone: Obat kortikosteroid yang digunakan untuk mengurangi pembengkakan di otak.
  • Nifedipine: Obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dada dan sesak napas yang terjadi pada AMS berat.
  • Penghambat fosfodiesterase: Obat yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke paru-paru.

Pencegahan Acute Mountain Sickness

Untuk menghindari AMS, beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:

  • Aklimatisasi yang cukup: Memberi tubuh waktu untuk beradaptasi dengan ketinggian, seperti dengan menaiki gunung secara perlahan dan memberi waktu untuk beristirahat pada setiap kenaikan.
  • Hidrasi yang cukup: Dehidrasi dapat memperburuk gejala AMS, sehingga penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
  • Konsumsi makanan bergizi: Memperoleh asupan kalori yang cukup dan makanan yang mengandung karbohidrat dapat membantu tubuh tetap bertenaga.

Kesimpulan

Mendaki gunung memang memberikan tantangan tersendiri, termasuk risiko terkena Acute Mountain Sickness. Namun, dengan persiapan yang matang, seperti menjaga kondisi fisik, melakukan aklimatisasi yang baik, serta mengetahui gejala dan pengobatan AMS, pendaki dapat menikmati perjalanan dengan lebih aman dan nyaman.

Untuk para pendaki pemula, penting untuk tidak terburu-buru dalam mencapai puncak. Melakukan pendakian secara perlahan dan mengutamakan keselamatan akan membantu mengurangi risiko terkena AMS.